Selera; dramatisasi para pencari padanan kata

Saya yakin, anda mungkin pernah mengalami hal yang menyebalkan. Saya pun begitu.
Ada beberapa hal yang sebenarnya tidak terlalu penting, namun ketika berhubungan dengan komunikasi, terlebih hal yang ingin diucapkan dan ia mengandung pesan, kemudian kurang "pas" dengan maksud yang dituju, kadang akan terasa sangat mengganggu.

Problemisasi ini biasa terjadi ketika seseorang sedang berinteraksi, entah dengan lawan bicara, presentasi, atau saat menonton film.
Bahkan beberapa diantaranya ada yang saat berlatih public speaking atau dengan sengaja merekam opini seperti kak gitasav atau narasi kontekstual psikologi seperti satu persen.

Dalam beberapa masalah verbal, mayoritas orang menggunakan keterikatan emosional yang cukup spesifik untuk menyampaikan dan mengekspresikan pesan kepada individu lain. Sulit berhenti ketika pesan yang ingin disampaikan ternyata tidak pas dengan hal yang dimaksud.
Ketidakpuasan itu mendorong pikiran mereka dalam memilih dan mencari beberapa kosa kata yang cukup mendekati kalimat yang dimaksud.
Pencarian dramatis ini serasa berubah menjadi sangat penting secara otomatis.
Kesannya seperti ngoyo ya, seolah benar-benar ingin tuntas.
Mungkin ada nama dari kondisi seperti ini? nanti kita coba cari.

Alih-alih membantu menembak kosa kata, yang didapat hanya jawaban bukan. Seperti acara eat bulaga beberapa tahun lalu, penebakan menggemaskan ketika harus dijawab dengan kata 'hampir' secara repetitif, membangunkan adrenalin karena rasa penasaran.

Sebagai contoh, ketika saya menonton film Jack reacher, saya menemukan satu cuplikan yang cukup menarik, Jack berkata pada Sandy "mobil kecil dan konyol itu sangat cocok dengan Gary (artinya, tidak mungkin itu milikmu)". Kemudian saya mencoba mengambil kesimpulan, "oh, kepribadian itu membentuk... Apa ya bahasanya???".
Dalam kegemasan pencarian kata (selera) itulah, akhirnya saya tergerak menulis opini ini.
Saya mencari padanan kata yang (seperti; selera) yang tepat untuk mengekspresikan pesan yang didapat.
Dengan mencoba padankan; Keinginan, kesukaan, pingin yang ini aja tapi ada bahasanya, apa ya?. Kurang lebih begitu. Bingung kan?

Seperti spongebob yang urusan kantor di dalam otaknya bekerja sangat keras untuk mencari jawaban, siapa nama saya?

Itu memang tidak efektif menurut saya. Kata yang sangat ingin kita sampaikan barangkali tidak semudah didapat seperti memetik daun.
Padahal ini lebih dekat, di dalam kepala, yang sepertinya tidak perlu sesulit mencari pohon diluar hanya untuk memetik daun. Kurang lebih begitulah analoginya.

Tapi ya sudahlah, yang dicari hilang, yang dikejar lari. Dan ketika proses sibuknya pencarian di dalam otak mulai beristirahat, kata itu muncul dengan tiba-tiba (selera). Bahkan bukan antusias lagi yang dirasakan, namun bingung sampai kecewa. "Benar ini gitu"?. Dan kecewa, "kenapa ga dari tadi"?

Jadi ya, ada baiknya mengistirahatkan otak-atik kamus di kepala, ketika mulai mengepul.
Kita manut saja sama pak Kunto Aji, biar semesta yang bekerja buat kita.

Opini ini ditulis berdasar kegelisahan, anggap saja diskusi ringan.

Untuk referensi obat hati, silahkan kunjungi hikmahdanhikmah atau sekedar mencari inspirasi hidup di inspirasibersama

Komentar