Aku iri

Seandainya manusia tahu kapan ia akan menemui ajalnya, pastilah tidak berhasrat lagi pada dunia.. 

Pernah suatu kali saya menonton sebuah video di youtube tentang apa yang akan dilakukan seseorang seandainya besok adalah hari terakhir ia hidup di dunia, dan menurut saya jawaban yang mereka lontarkan adalah hanya sebuah khayalan omong kosong yang tidak akan satu orang pun akan melakukan hal seperti yang dikatakan tersebut.

Misalnya seperti ngebut di jalan macet di suatu kawasan elit di Jakarta sengebut ngebutnya dan hal-hal kekanakan lainnya. Padahal faktanya orang yang divonis waktu hidupnya tinggal sekian hari atau sekian bulan lagi cenderung berubah sikap menjadi apatis, tidak bersemangat dan tidak punya gairah hidup. Seandainya manusia tahu bahwa setiap 2 menit sekali malaikat maut mendatangi kita dan berkata "alangkah bodohnya manusia, mereka selalu tertawa padahal maut siap menjemput kapan saja" Dan seorang ulama bilang "alangkah bodohnya manusia, mereka bersantai santai padahal kain kafannya sedang dijahit". Terlepas dari itu semua, ada satu hal yang membuat saya iri seiri irinya. Bukan tentang dia yang dianggap sebagai cewek mahal (tanda kutip materi), atau yang punya pencapaian ini dan itu.

Saya baru menyadari hal ini selama beberapa tahun belakangan bahwa pencapaian terbesar yang diinginkan dan diidamkan diujung hidup hembusan nafas ini adalah Husnul khotimah. Saya selalu iri pada orang yang ketika raga telah tiada yang bahkan ketika bagian tubuhnya belum ditemukan, tapi nasihat atas ilmunya masih sampai pada orang yang membacanya. Bayangkan betapa banyak orang yang bisa berubah menjadi lebih baik dari yang ia sampaikan? Bayangkan betapa ilmu jariyahnya membuat ia aman di akhirat. Bayangkan betapa beruntungnya ia. Dan ternyata berteman itu memang perlu ilmu. Karena pemikiran dan segala warnanya akan menularkan kepada siapa yang berteman dengannya. Orang-orang sibuk berspekulasi terhadap dunia tentang benar dan salah. Lupa bahwa kita (manusia) hanya tamu di bumi Allah. Padahal kita akan pulang dan tempat pulang itulah sebenar-benarnya kebenaran. Kapan itu akan terjadi? Yaitu saat kita mati. Kematian adalah sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya nasihat. Siapa yang bisa menjamin bahwa kita akan hidup selamanya? Ga ada. Tapi sayangnya kita (bahkan penulis sendiri) seringkali tidak yakin dan panjang angan-angan.

Mumpung masih di dunia, ikuti apa yang pemilik dunia inginkan, ikuti apa yang pemilik rumah ini katakan. Karena bisa jadi kesempatan hidup inilah satu-satunya hal yang diinginkan Allah untuk kita kembali mendekatkan dan membersihkan diri. Hidup cuma sekali, filosofi yolo kalo tidak pada tempatnya, membiarkan kacamata kita buram (tanpa tujuan kembali pada Pencipta), membiarkan akal dan nafsu berkeinginan "semau gue" dan berpasrah "gue kan emang gini, ya gimana lagi" bukan hal yang patut dilakukan. Sama seperti kalo kita bertamu, bukankah seharusnya kita menjaga sikap kepada pemilik rumah? Seorang ulama berkata, orang yang cerdas adalah yang mengingat kematian. Ya, beliau tidak mengatakan yang IQnya sekian atau yang nilai sekolahnya sekian. Namun bukan berarti kita boleh menyepelekan kewajiban kita dalam urusan dunia. Karena pada dasarnya dunia adalah media yang mengantarkan kita dari satu amalan ke amalan lainnya.

Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon yang tidak berbuah. Belajar ilmu agama adalah kewajiban bagi setiap manusia, karena berpulang itu bukan hanya bagi dia yang mempelajarinya, melainkan semua manusia. Itulah kenapa islam disebut rahmatan lil alamin. Dan pilihan yang diambil akan menentukan segalanya. Menganggap lucu dan menjadikan guyonan atas sesuatu yang tidak kita ketahui bisa jadi itulah kebodohan yang sesungguhnya. Misal seperti menertawakan orang yang beragama atau orang yang mendekatkan diri kepada Tuhannya. Sesungguhnya Allah maha pengampun dan menyukai hambanya yang bertaubat dan berserah diri. 


Nb: Pesan ini terinspirasi dan ditulis tanggal 13 Januari 2021 jam 06.24 beberapa hari setelah tragedi pesawat di awal tahun 2021. Dan mungkin tulisan ini akan mengalami revisi kedepannya.

Catatan ini sebagai pengingat bagi penulis dan bagi siapapun yang membacanya. Juga sebagai investasi di akhirat bagi penulis, karena hadits nabi: siapa yang menyuruh orang mengerjakan kebajikan, dia akan mendapatkan satu pahala utuh seperti orang yang mengerjakannya. Hal itu juga berlaku pada keburukan. Semoga Allah selalu melindungi dan merahmati kita, dan semoga kita bersua kembali di surganya. Aamiin Alhamdulillahirabbil 'aalamiin. Mari berdoa untuk tragedi kecelakaan SJ 182, turut berduka sedalam dalamnya. Alfatihah.


Komentar