Kenangan Masa Kecil dan Alasan Kenapa Seringkali Film Fiksi diperankan Anak Kecil

Kalo anda pernah menonton film Tomorrow Land, anda mungkin dibuat kagum dengan cerita di dalamnya. Kolaborasi antara imajinasi dan teknologi yang seolah membuat saya berfikir "masa sih?" terkadang menempatkan pikiran saya untuk berfikir kreatif dari dua sudut pandang, sudut pandang saya atau sudut pandang anak kecil seperti, 'jika anak-anak, apa yang akan dilakukan?'.

Tomorrow Land adalah film fiksi yang diperankan oleh 2 orang anak-anak, dengan alur cerita flashback. Tapi bukan review film yang ingin saya bahas lebih lanjut.

Atau kisah petualangan fiksi; Raib, Seli dan Ali di dunia paralel dari tere liye.
Saya menyadari mungkin salah satu alasan kenapa film atau kisah fiksi banyak diperankan oleh anak-anak, adalah karena  mereka yang layak "menjual". Mungkin juga beberapa ada yang diperankan oleh orang dewasa, tapi dengan intensitas yang jauh dari hitungan. Barangkali anda tidak sependapat, tapi tidak mengapa.
Film mulai dari Zathura : The Space Adventure, Alice in Wonderland, The Chronicles Spiderwick, Harry Potter, Narnia, Pan's Labyrinth, Peter Pan, dll. Buku bisa ditemukan dari Lima Sekawan, Le Petit Prince, semuanya dengan tokoh utama anak anak.

Menjual yang saya maksud bukan memaksa atau merampas hak dan kebahagiaan anak kecil seperti yang kita lihat di jalan, di media, atau di berita lain. Bukan pula yang dipaksa bekerja untuk menjadi bintang (jika terpaksa). Mungkin akan ada bahasan lain jika preferensi individu mengarah kesana.
Tentunya tidak semua kisah masa kecil bisa kita pukul rata pada semua orang, sehingga ada kemungkinan tidak mengalami kisah menarik yang sama.
Maka dari itu, bersyukur menjadi hal mewah yang seyogyanya diambil hikmahnya.

Imajinasi seorang anak seringkali tak terbatas. Diluar nalar namun cukup menghibur.
Pablo Picasso pernah mengatakan, “Setiap anak adalah seorang seniman, masalahnya adalah bagaimana mempertahankannya ketika kita terus bertumbuh”.
Contoh nyata, dulu (atau sampai sekarang?) anak-anak perempuan menyukai bermain boneka-bonekaan maupun masak-masakan, entah bersama teman atau sendirian, dengan monolog yang tiada ampun. Begitu pula dengan anak laki-laki, kecerdasan lingual voicenya pandai menyuarakan deru mobil, jangankan suara mesin, untuk melaju saja harus didorong terlebih dahulu. Atau bahkan perang ala spiderman dengan kaos jubah hitam merahnya.
Apapun yang digenggam atau difikirkan pastilah dijadikan sebagai mainan.
Hasil dari imajinasi.

Disamping imajinasi, perilaku pun seringkali menjadi potret hiburan natural yang segala tindak tanduknya sudah menjadi hal yang diwajarkan, misal dalam podcast ibu ibu yacult, disebutkan ketika kecil pernah pup di sekolah, barangkali sudah rahasia umum setiap anak pernah mengalami hal demikian.
Atau saya yang (sebelum masuk TK) pernah lari ke rumah meninggalkan adik saya di taman kota ketika ia terkena ulat bulu. Walaupun dalam sudut pandang lain, mungkin terkesan jahat.

Cerita masa kecil selalu terasa kilig yang patut ditertawakan. Kadangkala diingat, untuk dijadikan pelajaran.
Pernah suatu kali saya berdiskusi dengan guru saya, yang kala itu sedang menceritakan tentang lucu tingkah anaknya. Saya bilang tentang, bagaimana jika seandainya kembali ke masa lalu, saya pikir mungkin akan lebih aman jika selalu membuat orang yang disayang untuk tetap tersenyum karena perilaku masa kecil kita. Guru saya menolak, dengan nasihatnya beliau bilang, "ngga kak. Lebih baik jadi orang dewasa yang bersyukur dan bermanfaat bagi orang lain".

Begitulah, masa kecil. Untuk menepuk pundak, menjadi amunisi disaat gerahnya realita kehidupan. Menjadi ruang kebahagiaan itu  sederhana, kalo kata kak Marchella.
Dibingkai dalam kenangan, dan diceritakan kembali.

Opini ini dibuat semata untuk mengenang dan mensyukuri hal-hal yang membekas dalam perjalanan hidup.
Dan ketika hal "lucu" itu terjadi pula pada generasi setelah kita, cukup saja katakan, "gapapa, dulu juga saya gitu ko".
Sumber dok : Pinterest

Untuk referensi obat hati, silahkan kunjungi hikmahdanhikmah atau sekedar mencari inspirasi di inspirasibersama

Komentar

Posting Komentar